Siang yang terik tidak menyurutkan niat untuk mengunjungi objek wisata Rawa Indah Almour. Objek wisata ini kami ketahui dari media sosial. Kak Asa sudah menyiapkan diri, tas ransel dan perbekalan berupa kue dan minuman.
Jam 10 siang kami berangkat berbekal peta dari google maps. Saya mengambil arah selatan, trus menuju ke arah timur, sesuai dengan petunjuk google maps. Perkiraan saya, tidak lebih dari 1 jam akan tiba di desa wisata yang bertema air tersebut.
Beginilah penampakan google maps untuk desa wisata Rawa Indah Almour Kabupaten Bondowoso.

Muter-Muter Bersama Google Maps
Harapan terbesar menggunakan google maps menuju Desa Wisata Rawa Indah Almour adalah tiba di sana dalam waktu singkat. Dengan jarak dari rumah kurang dari 15 km, perkiraan awal,tiba di lokasi maksimal setengah. Rasa percaya diri yang tinggi bersama google maps menjadikan harapan awal tidak terjadi.
Google maps mengantarkan saya bersama kak Asa menempuh rute yang tidak seharusnya. Melewati jalanan kecil berbatu-batu. Dan menimbulkan pertanyaan, “Masak sih jalan sempit seperti ini bisa dilewati mobil?”. Kesimpulan yang muncul belakangan adalah “Kami salah jalan” 😀
Hampir 2 jam hingga mendekati zuhur, akhirnya kami tiba di desa wisata yang penuh dengan air ini.
Namun sebelumnya, dalam perjalanan ke tempat wisata itu, saya mengabadikan pemandangan sawah yang cukup elok. (Alasan untuk berhenti karena tersesat jalan sembari makan cemilan dan minum dulu 😀 )
Pengalaman muter-muter ke objek wisata dan harus melewati jalan berbatu dan sempit karena mengandalkan google map, pernah juga kami alami saat mengunjungi Taman Wisata Desa Rengganis yang terkenal dengan batu raksasanya.
Akhirnya Tiba Di Rawa Almour
Akhirnya (setelah melalui perjuangan berdarah_ semoga terkesan dramatis hehehe…) kami tiba di desa wisata yang berada di kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso ini menjelang zuhur. Ternyata, jalur yang tadi kami lewati adalah jalur kebalikan dibandingkan jalur resminya.
Menuju area Rawa Almour tersebut, kami perlu melewati jalan yang diapit rumah penduduk. Jadi, lokasinya berada di pertengahan kampung. Setelah melewati jalan menanjak, terlihat pos tiket yang ditunggu oleh 2 pemuda. Kami perlu membayar 6 ribu perorang dan biaya parkir 2 ribu rupiah.
Menuju ke area tempat parkir, pada arah sebelah kanan pintu masuk, terlihat kolam besar yang tidak begitu dalam. Kedalamanannya tidak lebih dari 1 meter (setelah dicek dengan mendekat dengan sebelumnya memarkir kendaraan motor).
Tidak jauh dari tempat parkir, kami melewati jembatan sebagai penghubung lokasi parkir ke area wisata. Jembatan batu ini dicat berwarna warni, dengan kanan kiri jembatan berupa kolam. Ada ratusan ikan berenang di air yang jernih. Di bagian paling ujung, dekat dengan gerumbulan pohon, terletak sumber air yang mengucur terus-menerus. Sumber air inilah yang mengisi kolam di Rawa Indah Armour. Pada ujung lain dari kolam, terdapat pintu air yang berfungsi mengalirkan air ke area persawahan.



Ada Peninggalan Batu Era Megalitikum
Ada yang menyebut Bondowoso adalah kota megalitikum. Di Kabupaten ini terdapat peninggalan batuan yang sudah dibentuk menjadi fungsional di era megalitkum, dari abad ke-3 masehi. Banyak batuan besar tersebat di kabupaten ini. Tak terkecuali di desa wisata Rawa Indah Almour ini.
Saya baru tahu bahwa di objek wisata ini terdapat peninggalan era megalitikum setelah kunjungan ke-3 bersama mom bloger terkeren, Widyanti Yuliandari. Pasalnya, lokasi batuan berada di bagian atas area dan di pojok lagi.


Kegembiraan Bermain Di Rawa Indah Almour
Ada 3 kali saya berkunjung ke objek wisata yang dipenuhi dengan kolam air yang jernih ini. Pertama datang bersama kak Asa. Kunjungan pertama, hanya diisi dengan jalan keliling kolam, duduk dan makan bakso.
Pada kunjungan kedua, kami datang bertiga bersama Raniah.
“Dik, ayo ikut jalan-jalan ke Almour. Di sana banyak ikannya. Kita bisa ngambil” kata kak Asa ke adiknya.
“Ayuk, aku mau ikut” jawab Raniah.
Persiapan dilakukan, selain bawa bekal makanan juga membawa jaring ikan.
Tiba di Rawa Indah Almour, kami langsung menuju ke kolam dan mencari ikan. Berjam-jam mengubek kolam, melihat anak-anak berenang dan naik perahu bebek. Terakhir adalah makan mie rebus dan minum coklat di tepi kolam.


Pitutelu adalah blog yang dikelola oleh Arundaya Taufiq, seorang ayah dari 2 orang anak kelas 8. Arundaya Taufiq juga mengelola enviro-pedia.com dan beberapa blog lainnya.