Gunung Ijen memiliki ketinggian 2,799m. Untuk mencapai puncak gunung Ijen dan menikmati panorama kawah belerangnya yang luas, kita perlu menempuh jarak 3.4km dari Paltuding. Paltuding ini pintu masuk dan pembelian tiket.
Dari Paltuding, kita akan melewati jalan yang (secara umum) tidak begitu menanjak. Jalan ke puncak gunung Ijen ini sudah sangat tertata. Jadi, sangat memudahkan pendaki. Bahkan, kalaupun kita tidak kuat untuk berjalan naik dan turun setelah dari puncak, ada banyak jasa untuk mengangkut kita menggunakan gerobak dorong.
Para penambang belerang kawasan Ijen memiliki “pekerjaan sampingan” membantu para penikmat gunung yang tidak cukup kuat fisik. Meskipun ada juga yang beralasan menggunakan jasa gerobak dorong itu untuk membantu ekonomi masyarakat sekitar. 😀
Saya sudah 6 kali ke Ijen. Empat diantaranya saya lakukan sendiri. Pernah juga bersama keluarga, termasuk bersama bloger perempuan terkeren di galaksi Bima Sakti ini hehehe… Tulisan pengalaman pertama ke gunung Ijen bersama keluarga, bisa dibaca di Seru dan Asyiknya Petualangan ke gunung Ijen bersama keluarga.
Kesimpulan saya adalah gunung Ijen ini bisa dinikmati bersama keluarga, untuk pendaki pemula dan mendakinya bisa sangat santai. Apalagi di dekat puncak Ijen, ada warung kopi dan gorengan yang bisa menjadi tempat rehat dan ngopi-ngopi serta makan mie rebus.

Jika Berangkat Ke Ijen Siang Hari
Perjalanan dari pusat kota Bondowoso ke Ijen kurang lebih 2 jam (dengan cara santai). Beruntung sekarang ini, kondisi jalan dari Kecamatan Sukasari (kecamatan terdekat kecamatan Ijen) dan dari pintu masuk kecamatan Ijen ke Paltuding sudah mulus-lus. Jalan beraspal dan saya tidak menemukan lobang di jalan :D.
Perjalanan siang hari memberikan kelebihan yaitu bisa menikmati pemandangan Kawasan Ijen, hutan,pegunungan, langit bahkan suara burung. Perjalanan siang hari pula dengan kondisi jalan yang mulus, berkelok-kelok dan naik-turun serta cukup sepi memungkinkan untuk merasakan sensasi kebut-kebutan. 😀

Jika Berangkat Ke Ijen Malam Hari
Ada dua kali saya berangkat ke Ijen waktu malam hari. Berangkat sendirian dengan mengendarai motor dari Bondowoso sekira jam 10 malam. Semula saya kira kondisi jalan ke Ijen begitu sepi. Maklum harus melewati perkebunan dan hutan.
Dalam hitungan saya, dalam 2 menit, ada kendaraan yang melewati hutan. Terutama sepeda motor. Jadi tidak begitu sepi sih. Hanya saja, sendirian melewati hutan, apalagi pas gerimis dan turun kabut, memiliki sensasi sendiri.
Kekuatiran terbesar saat gelap-gelap menembus jalan hutan adalah tiba-tiba ada hewan yang melintas, seperti anjing, babi hutan ataupun rusa.
Tiba di Paltuding menjelang jam 12 malam.
Lewat tengah malam, makin banyak pendaki yang datang. Biasanya pada akhir pekan atau hari libur nasional banyak pendaki ke Ijen.
Dua jam menunggu jam 2 pagi, yakni waktu dibukanya pintu masuk gunung Ijen, saya menggunakannya untuk tidur-tiduran di sleeping bag.
Yang menarik sewaktu mendaki Ijen pada malam hari adalah pemandangan malam yang memukau. Iring-iringan pendaki dengan headlamp berarak menyusuri tebing, kunang-kunang dan pemandangan malam kota Situbondo dan laut.
Dan tidak bisa dilupakan adalah bluefire yang menjadi ciri khas gunung Ijen. Setelahnya adalah pemandangan matahari terbit.


Pitutelu adalah blog yang dikelola oleh Arundaya Taufiq, seorang ayah dari 2 orang anak kelas 8. Arundaya Taufiq juga mengelola enviro-pedia.com dan beberapa blog lainnya.