Skip to content

Bermain di Hulu Sungai, Merentang Masa Panjang dari Kehidupan Ini

  • by
bermain di air terjun patirana

A River a Magic Thing. Magic. Moving, Living Part of the Very Itself—Laura Gilpir

Laporan National Geopraphic dengan cover depan “Africa” belasan tahun silam menyadarkanku atas arti sangat-sangat penting dari sebuah sungai. Bagi kehidupan.Bagi manusia. Dan bagi perkembangan Bumi ini sendiri.

Dituliskan dengan panjang lebar bahwa bagian tengah benua Afrika tersebut tidak berkembang kebudayaan manusia. Kota dan Negara yang berdiri bagian tengah tidak berkembang sebagaimana bagian lain di pinggiran benua Afrika. Negara-negara yang lebih hidup adalah negara yang memiliki akses atas air, terutama sungai. Pada bagian tengah benua, sebagian besarnya menjadi gurun pasir. Hanya ada cerita tentang panas, kering, pusaran pasir, malam yang dingin dengan laju waktu yang lambat, tanpa ada keriangan dan puisi-puisi yang menyertainya. 😀

Kisah tentang kekeringan di Afrika bisa dibaca pada tautan berikut ini (dengan mengambil contoh di negara Afrika selatan): Hidup dalam kemarau panjang di Afrika Selatan.

Pentingnya arti sungai inilah yang dihantarkan lagi kepada saya ketika mengajak anak sulung untuk menyusuri sungai kecil di daerah Pattirana, Grujugan, Bondowoso.  Dalam derai angin yang semilir, imaji saya berkelana dari waktu ke waktu perkembangan kebudayaan manusia. Ternyata mereka semua berkerumun dan diikat dari bagian Bumi yang bernama sungai.

Kondisi sungai di patirana
Sungai dengan air yang jernih yang berada di antara dua tebing. Lokasi ini sudah dekat dengan air terjun Patirana.

Air Terjun Pattirana dengan Sungainya yang Jernih

Beberapa pekan belakangan ini, kak Asa bersemangat sekali mengajak hiking ke air terjun. Ajakan ini aku sambut. Dan jadilah kami berdua berjalan – jalan mencari air terjun. Beberapa air terjun, kami tetapkan sebagai target untuk dikunjungi, salah satunya air terjun di Patirrana – Grujugan – Bondowoso. Lokasinya tidak jauh dari rumah. Berjarak 20 km dengan lama perjalanan sekira 30 menit. Kondisi jalan menuju Pattirana tidak menanjak, namun di beberapa titik ada bagian jalan beraspal yang rusak. Baca juga: Desa wanawisata Patirana Grujugan Bondowoso.

Wana wisata Pattirana menawarkan beberapa obyek wisata alam seperti panorama alam dari ketinggian (puncak pattirana), gua, batu susun, sungai dan air terjun. Menurut saya, Pattirana ini obyek wisata alam yang terhitung ideal, lokasi tidak jauh, jalan tidak begitu sulit, alam masih asri dan sangat nyaman untuk hiking.

Kami memilih air terjun karena pertimbangan jalannya yang tidak menanjak dihitung dari lokasi parkir. Pertimbangan kedua adalah karena ada niat sedari awal untuk berendam di sungainya.

Mulailah perjalanan sejarak 4 km, naik turun bukit, menyeberangi anak sungai, dan tiba di dekat air terjun, bagian hulu anak sungai dari wana wisata ini.

Perjalanan menuju air terjun Pattirana

Mendekati air terjun Payangan Pattirana, ada lokasi yang cukup luas untuk beristirahat. Hamparan rumput sebelah kiri, dan sebelah kanan adalah sungai dengan kedalaman beberapa belan cm. Airnya begitu jernih. Kami berhenti di sini dan bermain – main di sungai.

Saya jamin bahwa di daerah di muara sungai manapun yang sudah terisi dengan pemukiman, tidak ada air sungai sejernih di hulu sini.

Gemericik Air Dihelai Udara Segar

Tidak perlu dijelaskan lagi bahwa daerah hulu adalah daerah dimana lingkungan masih alami, air bersih, dan berbagai spesies binatang ada. Di Pattirana, kita bisa melihat monyet berlarian dan bergelantungan. Suara berbagai macam burung terdengar bersama desau angin.

Di air sungai yang bersih nan segar ini, kami bermain dan mandi. Saya bersyukur, bahwa kak Asa bisa menikmati secara nyata lingkungan yang alami ini.

Air terjun patirana

Karena tempat kami bermain ada di antara dua tebing sehingga udara yang masuk lebih terasa. Gemericik air dan helaian udara segar serta lamat-lamat terdengar suara monyet, menjadikan hulu sungai di Pattirana ini menjadi tempat yang sangat baik melatih kepekaan indera. Berada di tempat ini adalah sebuah anugerah. Banyak sekali orang yang tidak mengalami dan bisa menikmati kondisi alam yang relatif masih asli,

Teringat berita tentang beberapa anak kecil berenang di air keruh sungai Ciliwung. Dengan kondisi air sungai yang keruh dan bau, tetap saja mereka gembira. Mendapatkan air sungai yang jernih dan langsung bisa diminum adalah impian panjang bagi anak – anak di berbagai kota besar di dunia ini. Baca tulisan lengkapnya di sini: Pemantauan sungai berbasis komunitas.

Jutaan anak – anak masih memimpikan, bahkan sebagiannya tidak memiliki bayangan, seperti apa sih air yang betul – betul bersih, jernih dan segar seperti air yang sekarang dibuat bermain oleh kak Asa.

Berbagai kebijakan, dorongan berbagai pihak, teknologi dan sumber daya manusia serta ilmu pengetahuan dikerahkan untuk mengembalikan air sungai di kota – kota besar seperti kondisi air di daerah hulu.

Hulu sungai inilah, tempat kami bermain dengan biaya sangat murah, menjadi rujukan secara ekologis, bagaimana seharusnya kehidupan ini diarahkan. Hulu sungai adalah muara peradaban.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!