Penasaran dengan kunjungan pertama dengan pengalaman salah jalan dan tidak menikmati air terjun Sulaiman lebih lama, siang hari itu saya bersama kak Asa balik lagi ke Desa Wisata Taman Rengganis. Dua bulan setelah kunjungan pertama.
Tulisan pengalaman pertama, bisa dibaca di Taman Rengganis Berdiri di Atas Hamparan Batu Raksasa.
Selain dua alasan di atas, secara pribadi saya tertarik untuk menyusuri area irigasi yang berada di sebalah barat Air Terjun Sulaiman. Saluran irigasi yang berkelak-kelok dengan satu sisi adalah persawahan dan sisi satunya adalah tebing yang mengarah ke jalur sungai menjadikan keindahan pemandanganya sayang untuk dilewatkan.

Desa wisata Taman Rengganis berada di tengah-tengah area persawahan.
Jalan Masuk ke Area Melewati Persawahan
Lewat jam 9 siang, Kak Asa sudah bersiap diri di ruang tengah, menunggu. Aku memasukkan 2 botol air minum di kanan kiri daypack, dan kue secukupnya. Setelahnya, menjadi cerita yang biasa saja, melaju ke kecematan Wringin di sebelah barat kota Bondowoso.
Memasuki pusat kecamatan Wringin, belok ke kiri (lengkapnya bisa dilihat pada peta di tulisan pertama). Dan…, nah..ini yang penting, kami tidak mengambil jalan berbatu yang salah arah seperti pada pengalaman pertama.
Melewati jalan yang lebar untuk mobil, melewati jembatan dengan pemandangan orang mandi di sungai sekaligus memandikan sapinya, bertanya 2 kali supaya tidak salah jalur lagi, akhirnya tiba di pintu masuk desa wisata ini.
Ada yang menarik sebelum tiba di pintu masuknya, yakni situs era megalitikum (di abad 3) dengan papan nama di pinggir jalan. Kurang lebih 500 meter sebelum tiba di desa Glingseran, tempat Taman Rengganis berada. Situs ini ada di pertengahan sawah. Jadi benar penilaian seorang bule ketika ada yang bertanya, “ Apa sih keunikan dan nilai tinggi dari Bondowoso? “ Jawabnya, bukanlah pemandangan alam yang indah (karena daerah lain juga memilikinya), namun batuan megalitikum ini.

Keunikan Taman Rengganis ada pada batu-batu besarnya. Pada kunjungan ke dua, sudah berdiri flying fox.
Menyusuri Irigasi Sawah
Letak Taman Wisata Rengganis tidak persis berada di pinggir jalan. Setelah masuk desa Glingseran, dengan jalan yang cukup dilewati 1 mobil, ada beberapa rumah yang disediakan sebagai tempat parkir mobil. Untuk sepeda motor, bisa masuk lebih menjorok ke dalam lagi, di area tanah lapang di pinggir sawah. Area ini tidak bisa di masuki mobil. Di area inilah tempat motor di parkir dan ada bangunan kayu kecil, seperti tempat pos kamling, yang digunakan sebagai tiket. Aku membeli 2 tiket masuk seharga 6 ribu per tiket. Harga tiketnya sama dengan harga tiket ke Pattirana. Baca juga: Di Puncak Pattirana 81, Melihat Bentang Langit, Mendengar Desau Angin.

Setelahnya, menyusuri irigasi.
Cukup jauh jalan yang di tempuh di tengah udara panas.
Dalam perjalanan menuju Taman Dewi Rengganis ini, kami berpapasan dengan dengan 3 orang. Dugaanku, kondisi hari ini tidaklah seramai dibandingkan kondisi pertama kali ke sini. Yang cukup membuat takjub menjelang masuk ke hamparan batu raksasanya adalah… ternyata sudah didirikan flying fox. Flying fox ini boleh jadi menjadi daya tarik wisata alam sehingga menjadi sebuah persyaratan yang mesti dipenuhi. Di desa wisata lain, yakni Desa Almour (dituliskan di bagian lain), juga ada flying fox yang melintasi kolam raksasanya

Gazebo di atas batu raksasa menjadi pemandangan yang unik. Keberadaan batu-batu besar menjadi keunikan dan daya tarik dari desa wisata ini.
Melihat Lebih Dekat Air Terjun Sulaiman
Dugaan saya benar bahwa hari ini tidak banyak pengunjung di Taman Rengganis. Kami hanya sebentar di batuan raksasa ini. Lalu berjalan ke arah barat menuju Air Terjun Sulaiman.
Yang menggembirakan adalah….jembatannya sudah diperbaiki. (pada tulisan yang pertama, aku ceritakan jembatan dari bambu ini sudah rusak). Nah, kak Asa dengan enteng melangkah melewati jembatan yang berada persis di atas air terjun.

Jembatan di atas Air Terjun Sulaiman dengan kondisi yang sudah diperbaiki.
Untuk menuju air terjun ini, kami perlu turun. Beruntung ada tangga bambu yang membantu lebih aman menuruni tebing sungai.
Dari bagian lebih bawah yang lebih dekat ke air terjun, kami bisa melihat air terjun serta merasakan deburan air jatuhnya yang terdengar keras.
Angin yang melewati sungai membawa butiran air mengenai kami.


Pitutelu adalah blog yang dikelola oleh Arundaya Taufiq, seorang ayah dari 2 orang anak kelas 8. Arundaya Taufiq juga mengelola enviro-pedia.com dan beberapa blog lainnya.