Skip to content

Tetangga Adalah Sumber Ide

  • by
menanam pisang

Saya tinggal di perumahan. Perumahan ini berdampingan dengan perkampungan. Ada jalan penghubung yang berada sejauh 10 meter dari rumah yang saya tinggali.

Dari perbincangan dan pengamatan, saya bisa mengenali jenis pekerjaan tetangga yang bukan karyawan ataupun pegawai negeri. Tetangga yang bukan hanya di perumahan, namun juga di perkampungan.

Dari pengamatan ini, saya jadi tahu bahwa banyak sekali ide bisnis yang bisa kita lakukan dalam skala kecil, apalagi di masa pandemi sekarang ini. Masa pandemi ini memicu kreatifitas meskipun dengan sarana yang terbatas.

Baca juga: Pengalaman membangun rumah pertama.

Jualan Kerupuk dan Keripik 

Ada tetangga saya menjual kerupuk. Pagi dan sore hari mengirim kerupuk buatannya ke pasar atau pedagang lain yang menjadi resellernya.

Satu mobil pick up, ataupun 1 sepeda motor, penuh dengan keranjang di kiri dan kanannya siap mengangkut kerupuk itu. Tetangga ini membuat sendiri, menjemur, memberi bumbu, dan menggorengnya.

Ada juga yang menempuh cara berbeda yakni membeli kerupuk dan keripik mentah, memberi tambahan bumbu, menjemur, menggoreng, dan mengepak. Di pasar ada bermacam bumbu jadi dengan rasa beragam.

Kerupuk dan keripik ini setelah diolah dengan tambahan bumbu, lalu dikemas dan diberi merk sendiri. Cara yang kedua ini memberikan kekhasan pada produk sehingga bisa dijual dengan harga lebih tinggi.

Memanfaatkan Tanah Kosong untuk Tanaman Pisang

Suatu hari, saya pernah jalan keliling perumahan. Di banyak sudut tanah kosong, pasti ada pohon pisang.

Saya kira ini program pengurus perumahan untuk menanam tanaman produktif. Usut punya usut, ternyata ada seorang warga yang berinisiatif untuk menanam pisang.

Upaya warga ini mendapatkan respon positif dari warga lain, karena jika ada yang membutuhkan daun pisang, tidak perlu jauh-jauh ke pasar. Warga tersebut yang berinisiatif menanam pisang ini juga mendapatkan keuntungan ekonomi, selain dari menjual daun pisang juga buah pisangnya.

Jualan Ikan

Profesi lain yang ditekuni tetangga saya adalah jualan ikan lele dan gurame. Suplai ikan ini dari peternak kota Jember.

Setiap sekian hari, peternak akan kembali menambah stok ikan. Tidak hanya berpuas diri dengan jualan ikan mentah, tetangga saya ini mensuplai ikan yang sudah diolah seperti gurame rasa pedas manis.

Tentu saja, ikan olahan ini dijual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan bila dijual mentah. Berkali lipat.

Jualan Kue dan Lauk Pauk

Tetangga satu lagi berprofesi sebagai penjual kue dan menyediakan konsumsi untuk acara yang besar seperti pernikahan. Akibat pandemi covid-19 dan adanya larangan perayaan yang melibatkan banyak orang, order untuk pernikahan tidak ada lagi. Bisnis menjadi sepi.

Supaya bisnis kue dan cateringnya tetap jalan dan tidak harus mem-PHK karya, ide kreatif dimunculkan yakni beralih ke lauk pauk harian. Caranya adalah dengan pre-order.

Jadi, bisa dihitung berapa yang akan pesan untuk hari esok dan lusa. Pre-order menjadi cara terbaik untuk memastikan adanya pembeli dan mengurangi pembuatan makanan yang belum tentu laku.

Perubahan strategi marketing, pelayanan termasuk pengemasan produk sehingga lebih menarik ternyata membuat kenaikan fantastis omzet penjualan di industri makanan perumahan.

Mengumpulkan Plastik, Mengolahnya Dan Menjualnya

Mengumpulkan plastik ini dilakukan oleh remaja usia SD dan SMP. Pengurus RT menginformasikan bahwa kegiatan remaa butuh dana u tanpa harus meminta sumbangan uang ke tiap rumah.

Cara yang dilakukan adalah mengumpulkan plastik dan barang bekas lainnya, untuk diolah dan dijual. Para remaja ini yang berkeliling setiap minggu ke rumah.

Jika menjual plastik dan barang bekas itu secara apa adanya, maka harga yang diberikan oleh pembeli atau pengepul adalah harga kiloan. Maka, ditempuh cara untuk menaikkan value barang bekas tersebut dengan mengolahnya menjadi kerajinan.

Apa Pelajaran dari Cerita di Atas?

Lingkungan sekitar kita dengan latar belakang pendidikan, suku, agama dan budaya yang beragam adalah sumber ide bisnis. Kita bisa belajar bagaimana mereka mencari nafkah secara sederhana tanpa adanya latar belakang sekolah bisnis ataupun sumber informasi yang berkualitas.

Mereka belajar apa adanya dari keseharian dan pengalaman. Dan toh, rejeki selalu saja ada.

Pelajaran pertama, lakukan bisnis sekarang juga. Jangan tunda ide bisnis yang muncul. Lakukan eksekusi. Dalam perjalannya kita bisa belajar, melakukan evaluasi dan mengerjakan lebih baik lagi.

Terlepas dari beragam ide bisnis di atas, ada satu kesamaan yang bisa kita ambil sebagai pelajaran kedua yaitu beri nilai tambah dari produk atau jasa yang kita jual. Dengan nilai tambah ini, maka valuenya akan naik berkali – kali lipat.

Manfaatkan WhatsApp

Teknologi pun dimanfaatkan, meskipun dengan kemampuan standar namun ampuh yakni WhatsApp (WA). Bagaimana mau membuat blog atau channel youtube ?

Lah, platform blog dan olahan video lewat Youtube terlalu canggih bagi masyarakat kebanyakan. Melalui WA ini, para tetangga saya menawarkan produknya, baik mereka sebagai reseller, distributor ataupun produk yang diberi nilai tambah sendiri.

WhatsApp  adalah teknologi standar yang semua HP android pasti ada. Dari data Kominfo, dari 180an juta pengguna internet di Indonesia, 83 persennya atau 150an juta orang adalah pengguna WhattsApp.

Buat status WA yang menarik dengan  kata-kata ampuh “ PRE-ORDER “ ataupun diskon ataupun limited edition . Melalui pre-order-lah kita bisa berbisnis dengan keuntungan yang sudah pasti dan minim kerugian, bahkan hampir tidak ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!