Gunung Piramid berada di barat kota Bondowoso. Dari rumah tempat saya tinggal, saya bisa melihat gunung Piramid ini berderetan dengan gunung Ardisaeng dan gunung Ranggeno. Pemandangan sore hari saat matahari terbenam sangatlah indah.

Dari rumah saya membutuhkan waktu setengah jam untuk tiba di desa Tegal Tengah. Kita bisa menitipkan kendaraan ke rumah penduduk di desa tersebut.
Meskipun memiliki ketinggian ‘hanya’ 1,512 mdpl, gunung Piramid termasuk gunung yang memiliki jalur pendakian yang terbilang ekstrem. Beberapa ratus meter sebelum puncaknya, hanyalah jalan selebar 40 cm dengan sisi kanan dan sisi kirinya berupa jurang sedalam 300 hingga 400 m.

Dikarenakan tumbuh ilalang tinggi di sekujur bibir jurang maka jalur ke puncak tidak terlihat begitu sempit. Kondisi ini tentu bisa mengelabui kita yang terbuai ingin cepat – cepat berada di puncak Piramid dan berselfie ria di atasnya.
Sudah banyak tulisan dan berita yang mengulas mengenai sisi ‘ekstrem’ dari gunung Piramid ini.
Saya sendiri pernah hampir mencapai puncaknya. Dan itu ditempuh ‘bukan’ melalui jalur normalnya, tetapi melalui sungai. Lah…
Baca juga : Pattirana Desa Wana Wisata (Riwayatmu Dulu)
Pos Pantau
Pos pantau ini berada dekat dengan sungai. Berada di pinggir sawah. Dengan posisi area lebih tinggi dari sawah, kita bisa melihat puncak Piramida.
Lokasi pos pantau ini dekat dengan pertigaan dari 2 jalur pendakian ke Piramida.

Sedikit Air
Seperti kebanyakan air sungai di pegunungan, air sungai Piramida jernih. Gemerik air terdengar jelas ketika kita masih berada di jalur bawah. Semakin ke atas, ke arah hulu, volumenya makin berkurang.

Banyak Batunya
Sungai di gunung Piramid dipenuhi dengan batu. Bahkan pada jalur pertengahan menuju hulu, ada bagian yang hampir seluruhnya adalah batu. Ada batu besar yang berada di dekat hulu. Ada juga batu besar dengan permukaan relatif datar.
Saya pernah melihat 3 orang tentara sholat maghrib di atas batu ini dengan diterangi lampu senter. Suasanyanya begitu ‘sakral’ tentunya. Dikegelapan lepas maghrib ada lantunan ayat Al Qur’an di tengah sungai di gunung.

Suasananya sangat hening
Berada dicelah 2 gunung, gunung Piramid dan gunung Ardisaeng, suasana di sungai sangatlah hening. Sinyal HP tidak menjangkau di sini.
Dalam perjalanan menuju hulu sungai, saya temui beberapa pohon besar. Ada juga pohon tumbang yang menjadi penghalang jalan sehingga harus menerobos di bawahnya.

Ada batu besar tidak jauh dari hulu
Batu dan batu adalah sosok yang banyak ditemui di sungai ini. Memang enak ada banyak batu ini dikarenakan menjadi tempat tapak dengan jalur yang semakin menanjak. Batu menjadi tempat rehat sejenak, minum kopi dan ngobrol.
Di dekat hulu sungai terdapat batu besar yang berada di tengah. Tidak butuh waktu lama mencapi hulu, yang merupakan tempat sempit atau celah yang menjadi pertemuan kaki gunung Piramid dan gunung Ardisaeng. Ada yang mengatakan, tempat ini adalah ‘jendela angin’ dari gunung Argopuro di sebelah barat sana.

Menuju puncak dari sungai
Sebaiknya jangan melakukan hal ini, menuju puncak Piramid melalui jalur dari sungai, dikarenakan ini bukan jalur pendakian.
Pengalaman saya melakukan hal ini dengan teman – teman, upaya menuju punggung naga gunung Piramid sangat sulit dan beresiko. Kondisi tanah yang labil karena mudah tergerus, tidak ada jalur sehingga membuat jalan sendiri, sangat curam dan hanya berpegangan pada akar pohon-ranting dan ilalang adalah kegiatan yang sangat beresiko.
Jadi tempuhlah jalur yang normal dan patuhi aturan yang ditetapkan oleh pengelola gunung Piramid tersebut termasuk adat kesopanan saat berada di daerah Piramid.


Pitutelu adalah blog yang dikelola oleh Arundaya Taufiq, seorang ayah dari 2 orang anak kelas 8. Arundaya Taufiq juga mengelola enviro-pedia.com dan beberapa blog lainnya.